LPS_03/11/2023
SULIT percaya bahwa kami, LPS dan Pustakawan menjejakkan kaki di altar dominasi warna biru ini. Sulit percaya bahwa kami ada di tempat di mana beritanya tiap hari nun jauh di MTs 1 Putri Annuqayah, selalu kami baca. Namun, dengan tekad kuat akhirnya kami benar-benar melihat dari dekat kantor JPRM Pusat tersebut.
Ya, dengan tujuan meraup sebesar-besarnya akan ilmu Jurnalistik, LPS beserta Pustakawan mengadakan kunjungan kerja ke JPRM (Jawa Pos Radar Madura). Kami diterima dengan hikmat oleh bagian personalia. Lalu diteruskan ke bagian redaktur, dalam hal ini diwakili oleh redaktur senior, Mas Jufri.
Dalam bincang-bincang santai sebelum acara dimulai, Bapak Ahmad Muhli Junaidi, sang pembina energik LPS itu, mengatakan bahwa mas Jufri ini tipikal wartawan dan sekaligus penulis yang perlu anggota LPS tiru. “Beliau wartawan yang supel, tak takut intimidasi, bergerak cepat, dan tulisannya renyah,” ujar Pak Amjun sambil tersenyum ke arah Mas Jufri. Orang yang disanjung pun ikut tersenyum yang bikin kami kepo😃.
Acara secara resmi dimulai pukul 09.30 WIB. Tim Redaksi Perwajahan, yang dikomandoi Mas Rizky, menayangkan vedio perjalanan Jawa Pos sejak awal. Ruangan rapat redaksi di mana kami ditempatkan, begitu hening menyaksikan sejarah Jawa Pos hingga saat ini mempunyai pangsa pasar dan pembaca lebih dari 2.400.900 orang. Menjadikan Jawa Pos sebagai media terbesar di Indonesia. Mengalahkan Kompas sekalipun.
Selanjutnya, acara bergulir kepada sambutan, yang disampaikan oleh pembina LPS MTS 1 PUTRI ANNUQAYAH. Dalam sambutannya beliau mengurai tentang maksud dan tujuan kunjungan Jurnalistik ini. “Kami dari nun jauh ujung timur Madura menuju ujung barat ini tak lain ingin mencari ilmu sebanyak-banyaknya terkait jurnalisme secara umum dan bagaimana JPRM berkerja dalam meliput berita tiap hari,” kata Bapak Guru yang mengampu mata pelajaran IPS dan PPKn ini dengan tenang.
“Dengan demikian, tujuan terbesar kami nanti pulangnya ke Annuqayah benar-benar terisi suntikan ilmu dari Mas Jufri dan kawan-kawan,” seloroh beliau lebih lanjut.
Dalam sambutan lanjutan kedua, yang disampaikan oleh Bapak Annasul Khalis, selaku Wakamad Humas di MTS 1 PUTRI ANNUQAYAH menambah bahwa apa yang disampaikan pembina LPS itu memang inti dari acara ini, “Namun di samping oleh-oleh ilmu, kami pun perlu mendapatkan motivasi terkait dunia kewartanan,” ujar beliau yang saat ini menjadi ketua kelompok tani Kec. Guluk-guluk dan ketua LAZIZ ANNUQAYAH itu dengan meyakinkan.
Acara inti yang kami tunggu-tunggu pun dimulai. Mas Jufri dengan senyum, yang sekali lagi bikin kami kepo, mengurai segala tetek-bengek terkait Jurnalistik. Beliau menulis dengan cakupan JPRM dalam bekerja di dunia media penerbitan. “Di JPRM, ada empat divisi, yaitu Divisi Redaksi, Divisi Event, Divisi Pemasaran, dan Divisi Keuangan. Namun karena kalian berkunjung terkait dengan jurnalistik, maka perlu saya urai bagian Divisi Redaksi,” ujarnya renyah.
“Bagian keredaksian ini membawahi wartawan, editor, lay outer, dengan dipimpin satu orang, yaitu Pemimpin Redaksi.”
“Ada kewajiban di JPRM, wartawan yang tiap kabupaten di Pulau Madura itu ada tiga orang, wajib menulis berita tiap hari minimal 4 berita,” jelasnya kemudian.
“Tidak hanya wajib menulis empat berita tiap hari. Berita itu pun wajib masuk meja redaksi paling akhir pada pukul 15.00 WIB. Dan pukul 20.00 WIB semua berita di JPRM sudah diekspresikan untuk dicetak di PT. Temprintna di Gresik,” jelas beliau bikin kami sedikit ciut menjadi wartawan.
“Dalam pemburuan berita, Jawa Pos termasuk seluruh Radarnya di seluruh Indonesia mempunyai Rukun Iman Pemberitaan. Antara lain berita itu harus bersumber dari tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh. Kedua harus aktual atau lagi hangat-hangatnya. Kemudian, harus dibangun dari engel berita yang bikin orang penasaran, keempat berita itu harus dramatis. Lalu kelima, harus unik dan dekat dengan si wartawan. Sedangkan keenam, beritanya harus berdampak luas.”
“Dalam membangun berita, JPRM kadang sering melaporkan berita investigatif, yaitu berita mendalam, menyeluruh, dan ditopang dalam berbagai sudut pandang. Pada bangunan berita ini, terbarunya berita tak menjadi pegangan utama, sebab investigasi berita ditulis dengan waktu yang relatif lama dan panjang,”
“Adik-adik harus paham betul, bahwa di JPRM banyak sekali proses peliputan. Salah satunya adalah kerahasian sumber berita. Ini dilakukan untuk melindungi sumber dan sekaligus wartawan itu sendiri,”
“Di samping adik-adik harus betul-betul paham rumus pemberitaan 5 W + 1 H, yang sangat perlu adik-adik miliki juga adalah insting seorang wartawan dalam menulis berita. Namun insting kepenulisan dari seorang wartawan itu harus bermuara pada kefaktualan berita. Jangan sekali-kali menulis berita bersifat hoax atau bohong, sebab itu mencederai kode etik dunia jurnalisme itu sendiri,”
“Kita jangan terjebak pada berita online yang kadang tanpa kroscek terhadap sumber berita, tiba-tiba diberitakan sehingga hasilnya kurang akurat .Dalam JPRM, untuk menjadi sebuah berita, melalui berbagai tahapan. Antara lain, tulisan berita wartawan JPRM masuk dulu ke editor bahasa, lalu masuk lagi ke redaktur. Setelah itu, masuk lagi ke meja redaktur senior. Dari meja redaktur senior itu lalu dirapatkan di sidang redaksi yang dipimpin oleh pemimpin redaksi, yang saat ini dijabat oleh Mas Lukman Hakiem. Setelah diputuskan kayak dimuat oleh rapat redaksi. Baru kemudian jadi berita yang dicetak oleh JPRM,” demikian penjelasan Mas Jufri panjang lebar dan mendalam.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Diskusi dipandu oleh pembina LPS dengan berjalan secara cair dan penuh guyon. Tak lupa Pak Amjun menanyakan terkait gaji wartawan JPRM. “Alhamdulillah, honor bulalan kami di sini cukup menghidupi satu istri dengan 2 anak dalam sebulan,” ujar Mas Jufri penuh kias. Pak Amjun kemudian mengatakan bahwa gaji wartawan di JPRM jauh dibatas UMR di empat kabupaten ini. “Sekitar 4 jutaan lah,” ujar beliau disambut tepuk tangan.
Diskusi dilanjutkan dengan membedah pertanyaan dari Bapak Saiful Anwari, Balqis Az-Zahra, Athiyatul Jaziela, dan dari Aidatin. Semua pertanyaan oleh Mas Jufri dijawab tuntas penuh kebahagiaan. Dan berakhir pukul 12.00 WIB.
Lantas setelah itu acara lain-lain dilanjutkan ke cara-cara peliputan di ruang editor. Cara-cara lay out di ruang redaksi. Dan cara-cara memperbaiki tulisan atau bahasa tulisan berita di ruang editor. Menariknya, tiga editor di JPRM semuanya cewek, termasuk Mbak Ina dari Dungkek, Sumenep.@ (Rep.Nabila-Awla. Ed. Amjun).
Berikan komentar anda