LPS_28/10/2023
Hari ini, dari pukul 06.30 hingga 07.30 WIB, MTs 1 Putri Annuqayah mengadakan upacara peringatan Sumpah Pemuda yang ke-95. Adapun amanah upacara disampaikan oleh Bapak Ahmad Muhli Junaidi, S.Pd. sekaligus Pembina Lembaga Pers Siswa MTs 1 Putri Annuqayah.
Tema yang diangkat beliau adalah “MTs 1 Putri Annuqayah menjadi sekolah berbasis pesantren yang pertama mencontoh nilai-nilai Sumpah Pemuda”. Amanah upacara itu disampaikan sekitar 15 menit di hadapan 900-an siswa dan guru yang kebagian mengajar di jam pertama di MTs 1 Putri Annuqayah.
Mengawali amanahnya, beliau mengutip naskah Sumpah Pemuda sebagai azimat berdirinya bangsa besar ini. “Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia," ujar beliau secara tandas.
Tak lupa pula, beliau mengurai sisi sejarah pada situasi dan kondisi yang terjadi 95 tahun lalu di Indonesia. “Hadirnya para pemuda dari berbagai daerah. Ada yang dari Aceh, Ambon, Manado, Kalimantan, Bali, dan seluruh Nusantara. Yang kemudian diberi nama dengan Jong Java, Jong Islameten, Jong Sumateranenten, Jong Celebes, Jong Ambon dan sebagainya adalah bentuk kegigihan perjuangan mereka demi lahirnya bangsa Indonesia. Jarak yang mereka tempuh dari Maluku, Aceh, Padang, Banjarmasin, Makasar, Sulawesi, dan lain-lain tempat seantero Nusantara, bukan jarak yang pendek. Namun mereka dengan gigih hadir di Batavia untuk mengadakan kongres pemuda dengan ikrar tiga hal di atas,” kata beliau secara memukau.
“Jika bukan karena demi lahirnya Indonesia ini, mereka tak akan berkumpul di Jakarta,” tandas Pak Amjun, nama pena beliau lebih lanjut.
Ada contoh menarik dari amanah yang beliau paparkan terkait nama Bahasa Indonesia. “Sesungguhnya, yang memberi nama Bahasa Indonesia dalam Sumpah Pemuda tersebut adalah seorang pemuda dari Pamekasan Madura, bernama Mohammad Tabroni. Tatkala hasil rumusan Sumpah Pemuda sudah jadi, yang dirumuskan oleh Moh. Yamin, ternyata poin ketiga masih tetap dengan istilah ‘Bahasa Melayu’. Atas usul Mohammad Tabroni lalu disepakati oleh semua perserta kongres, istilah tadi diganti dengan ‘Bahasa Indonesia’. Maka sejak itu hingga saat ini, Bahasa Nasional kita dikenal dengan nama ‘Bahasa Indonesia’. Ini merupakan pencapaian luar biasa yang dilakukan oleh utusan dari Madura tersebut,” tandas beliau sambil mengakhiri amanahnya.@ (Rep. Khalifatul Nabila. Ed. Amjun)
Berikan komentar anda