Siapapun, dimanapun, dan kapanpun, mempunyai seorang –atau lebih- anak merupakan dambaan. Tidak saja, anak merupakan ‘peramai’ dalam keluarga. Lebih dari itu, mereka penyambung silsilah darah dari mana manusia itu berasal. Namun, tak semua dari kita dapat mewujudkan keinginan mempunyai anak secara genealogi. Dan pada akhirnya, kita ‘menyerah’ pada ketentuan Yang Esa.
Jika keturunan genealogi merupakan dambaan setiap insan, maka ia dianggap keharusan untuk memilikinya. Namun dalam perjalan hidup, tak semua dari kita punya keturunan. Berbagai upaya kita tempuh, baik secara medis atau herbalis. Tapi, tak semuanya berhasil. Kadang butuh waktu yang sangat lama, semisal kisah hamilnya Siti Sarah yang membutuhkan 80 tahun. Siti Sarah merupakan nama istri pertama Nabi Ibrahim AS. Ia merupakan wanita mulia yang melahirkan Nabi Ishaq AS, lalu punya cucu bernama Nabi Yakub AS. Sarah dikenal karena kesabarannya yang luar biasa hingga menjadi teladan bagi seluruh wanita Muslim.
Berdasarkan buku Tafsir Qashashi Jilid IV: Umat Terdahulu, Tokoh, Wanita, Istri dan Putri Nabi Muhammad SAW oleh Syofyan Hadi, Siti Sarah adalah wanita yang berasal dari daerah Babilonia atau Irak saat ini. Konon, ia memiliki kecantikan yang luar biasa dan termasuk muslimah yang paling taat kepada Allah SWT.
Sifat-sifat mulia yang ia miliki adalah dermawan, pemaaf dan pemurah. Sifat kedermawanannya terlihat apabila ada tamu yang berkunjung kepada Nabi Ibrahim AS., senantiasa memberikan jamuan yang paling baik. Sifat pemaafnya, ia selalu minta maaf terlebih dahulu pada setiap orang yang ia anggap bersalah. Dan sifat penyantunnya adalah ia selalu mendonasikan harta-hartanya kepada yatim piatu dan anak-anak terlantar serta janda-janda yang memang perlu diberi santunan. Sarah juga dikenal sebagai wanita yang cerdas dan sabar. Karena itu, ia dipilih Ibrahim sebagai pendampingnya saat berdakwah sejak di Babilonia hingga Palestina.
Salah satu kisah yang menyayat hati adalah anggapan umum kala itu bahwa ia tak akan punya anak karena mandul. Tepat, ini merupakan cobaan yang cukup berat dalam membina rumah tangga dengan Nabi Ibrahim AS. selama 80 tahun. Mungkin bagi kita, selama itu tak menghadirkan seorang anak, akan terjadi dua hal ini, kalau tidak berpisah, mungkin kita telah meninggal. Tapi tidak dengan Sarah.
Dalam buku tafsir di atas diceritakan, dia selalu memanjatkan doa kepada Allah. Meskipun begitu, tanda-tanda kehamilan pada dirinya belum juga tampak. Lambat laun, Sarah merasa dirinya sudah tua, rambutnya mulai berwarna putih, dan tulang-belulangnya sudah lemah. Keadaan tersebut membuat Sarah gelisah sehingga menawarkan Nabi Ibrahim AS. untuk menikah kembali.
Dalam buku Dari Bilik Sebuah Kamar oleh Rachmatullah Oky dikisahkan, awalnya tawaran tersebut ditolak oleh Nabi Ibrahim AS. Namun kemudian, ia menerimanya dengan syarat bahwa Sarah yang harus memilih calonnya. Sarah sepakat, kemudian menawarkan Siti Hajar kepada Ibrahim. Siti Hajar merupakan seorang budak yang ia kenal dengan baik. Tidak lama setelah menikah, Hajar hamil dan lahirlah seorang putra yang diberi nama Ismail.
Sebagaimana dalam buku yang ditulis oleh Oky di atas, kelahiran Ismail tentunya membuat Ibrahim bahagia setelah puluhan tahun menunggu kehadiran seorang anak. Namun, rasa cinta Nabi Ibrahim kepada Ismail yang begitu besar membuat Sarah merasa cemburu. Yang rupanya, kecemburuan itu merupakan hal jamak terjadi pada setiap perempuan.
Memperhatikan kecemburuan Sarah yang semakin besar, akhirnya Nabi Ibrahim AS. diminta oleh Sarah agar meninggalkan Palestina. Tempat yang dituju oleh Ibrahim bersama Hajar dan Ismael adalah gurun tandus, yakni Bakkah atau Makkah. Tak lama berselang, Siti Hajar pun ditinggalkan begitu saja bersama Ismail kecil, setelah terlebih dahulu mendirikan ka'bah dan rumah mungil amat sederhana. Ibrahim kemudian kembali pulang dan hidup dengan Sarah di Syam.
Dikutip dari buku Tafsir Qashashi Jilid IV: Umat Terdahulu, Tokoh, Wanita, Istri dan Putri Nabi Muhammad saw, setelah 12 tahun Ismail lahir, Allah memberikan kehamilan untuk Sarah dalam usia yang sudah tua. Bahkan dari rahimnya, lahir seorang orang putra yang kelak menjadi nabi, yakni Ishaq. Dan dari Ishak itulah lahir para nabi hingga ke Nabi Isa al-Masih AS.
Salah satu bentuk perhargaan kepada Sarah atas kesabarannya menanti keturunan diabadikan dalam Alquran pada surat Al Ankabut ayat 26-27 yang berbunyi:
فَاٰمَنَ لَهٗ لُوْطٌۘ وَقَالَ اِنِّيْ مُهَاجِرٌ اِلٰى رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَجَعَلْنَا فِيْ ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتٰبَ وَاٰتَيْنٰهُ اَجْرَهٗ فِى الدُّنْيَا ۚوَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ
Artinya: Maka Lut membenarkan (kenabian Ibrahim). Dan dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku; sungguh, Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Yakub, dan Kami jadikan kenabian dan kitab kepada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, termasuk orang yang saleh.
Demikianlah kisah akbar yang melahirkan dua bangsa besar di dunia hingga kini. Yakni Yahudi dan Arab. Akan tetapi, apa yang saya kutip di atas, belum menyasar kepada anak ideologis. Kelahiran Ismail dan Ishak merupakan kisal genealogi terkanal. Sebab dari keduanya, lahir Nabi Muhammad SAW di Makkah, dan lahir kaum Yahudi atau bangsa Israel di Syam.
Di sisi lain, adalah kisah Nabi Isa AS. perlu dicerna secara baik, sebab dialah nabi dari keturunan Nabi Ibrahim melalui jalur Nabi Ishak AS. yang tidak berketurunan karena keburu diangkat oleh Allah SWT ke langit. Kisahnya amat terkenal, baik dalam termenologi Islam, Yahudi atau Kristen. Namun, dalam catatan ini saya tidak akan menceritakan kisah beliau dari lahir hingga diangkat ke langit. Saya hanya bercerita terkait murid-murid Isa al-Masih.
Dalam Alqur’an terkait murid-murid (bahasa Arab: الحواريون al-ḥawāriyyūn) Isa tak menyebut nama, jumlah atau catatan mendetail apapun dari kehidupan mereka. Namun, para ulama Muslim kurang lebih bersepakat dengan daftar Perjanjian Baru atau Bibel dan menyatakan bahwa murid-murid tersebut meliputi Petrus, Filipus, Tomas, Bartolomeus, Matius, Andreas, Yakobus, Yudas, Yohanes, Markus da Simon.
Ada dialog yang sangat menarik antara Nabi Isa AS. dan murid-muridnya di atas. Dialog ini diriwayatkan Ibnu Abi Harim dari Ibnu Abbas RA. sebagiamana dikisahkan oleh Nashih Nashrullah dalam laman republika.id, ketika Allah SWT ingin mengangkat Nabi Isa AS. ke langit, Nabi Isa keluar menemui sahabat-sahabatnya. Dan di dalam sebuah rumah ada 12 sahabat Hawariyyun (sahabat-sahabat terdekat Nabi Isa ). Maka Nabi Isa keluar menemui mereka, dan kepala Nabi Isa meneteskan air.
Nabi Isa berkata, "Sesungguhnya di antara kalian semua ada orang yang kufur padaku (berkhianat) sebanyak 12 kali setelah dia beriman kepadaku."
Nabi Isa berkata, "Ada di antara kalian yang akan diserupakan denganku. Maka dia akan dibunuh karena kedudukanku dan bersama di dalam derajatku. (Maksudnya karena diserupakan wajahnya sehingga manusia menganggapnya sebagai Nabi Isa )."
Maka berdiri yang muda di antara para sahabat Nabi Isa itu. Maka Nabi Isa berkata, "Duduklah!"
Kemudian Nabi Isa kembali pada mereka (para sahabatnya). Orang yang muda tadi berdiri lagi (lalu berkata), "Saya."
Nabi Isa berkata, "Kamu ingin itu (diserupakan Nabi Isa )." Maka orang muda itu diserupakan dengan Nabi Isa. Nabi Isa diangkat Allah SW melalui lubang dalam rumah itu ke langit.
Dan datanglah orang-orang Yahudi mencari, maka mereka menemukan orang muda yang diserupakan dengan Nabi Isa. Maka orang-orang Yahudi itu membunuhnya dan menyalibnya. Maka kufur sebagian dari mereka (Hawariyyun) sebanyak 12 kali setelah beriman.
Mereka terbagi tiga kelompok. Maka berkata kelompok pertama, "Allah di tengah-tengah kita kemudian Dia naik ke langit." Mereka inilah orang-orang Ya'qubiyah (pengikut Ya'kub Al Barodi'i atau pengikut Jacob)
Dan berkata kelompok kedua, "Ada di tengah-tengah kami anak Allah kemudian dia naik ke langit." Maka mereka itu Al Nasthuriyah (pengikut Nustorius atau Nestorius).
Berkata kelompok ketiga, "Di tengah kita ada hamba Allah dan rasul-Nya, atas kehendak Allah kemudian diangkat dia oleh Allah SWT ke langit-Nya." Mereka adalah orang-orang Muslim.
Maka kedua kelompok kafir itu akan mengalahkan kelompok Muslim. Maka Islam disirnakan hingga Allah SWT mengutus Muhammad SAW.
Maksudnya golongan kafir pada saat itu mengungguli orang-orang yang bertauhid pada Allah SWT dan meyakini Nabi Isa adalah seorang rasul yang diangkat ke langit, bukan Tuhan atau anak Tuhan. Maka cahaya kebenaran itu padam untuk sesaat hingga Allah SWT mengutus Nabi akhir zaman yakni Nabi Muhammad SAW.
Kisah antara Nabi Isa AS. bersama para murid dan golongan Hawariyyun di atas merupakan contoh bagaimana seorang nabi dan rasul Bani Israel mempunyai hubungan batin yang saya sebut hubungan ideologis. Terdapat nilai yang bisa kita petik buat menguatkan posisi kita sebagai pemakmur bumi, yaitu kesinambungan risalah dan keteladanan Nabi Isa AS. yang diambil dan diamalkan para murid setianya dan sahabat-sahabatnya sebagai suatu nilai agama yang perlu dipertahankan kebenarannya, walaupun kemudian menjadi minoritas di tengah mayoritas kesesatan setelah diangkatnya Isa al-Masih ke langit.
Nilai keteladan yang berkesinambungan inilah, jika kita umpamakan kepada diri kita sebagai seorang pendidik,, akan dapat mengarahkan anak-anak ideologis (murid-murid/para santri) kita ke jalan kebenaran sebagaimana kita contohkan saat ini. Pada sisi ini, -walau secara genealogi tak ada hubungan- torehan kebaikan kita yang diambil dan diamalkan oleh anak-anak ideologis kita itu, akan tersambung sebagai amal kebaikan yang abadi manakala kita telah meninggal dunia nanti. Itulah sambungan batin adanya ilmu yang bermanfaat yang akan terus mengalir sampai kita pun ada di alam Barzah.
Wallhu’alam bisshowab.
Penulis : Ahmad Muhli Junaidi, S.Pd
Guru MTs 1 Putri Annuqayah dalam mata pelajaran PPKn dan IPS. Sekaligus Pembina LPS (Lembaga Pers Siswa) MTs 1 Putri Annuqayah.
Berikan komentar anda